Sabtu, 29 Oktober 2011

Mahasiswa Dalam Puisi “Takut ‘66”


Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa
Puisi di atas ditulis oleh salah satu maestro sastra puisi Indonesia, Taufiq Ismail. Beliau membuat puisi tersebut menggambarkan sosok mahasiswa di mata para penguasa pada saat itu. Mahasiswa, sebagai salah satu komposisi dari golongan pemuda,  merupakan elemen yang mampu menciptakan perubahan di tengah masyarakat, baik perubahan dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Faktanya, mahasiswa  ketika medio akhir dari Orde Lama (tahun 1966) memberikan partisipasi besar dalam menggulingkan penguasa Orde Lama Soekarno. Pergerakan mahasiswa yang telah dimulai sejak lama, ketika itu mampu berbicara banyak dalam upaya mengeluarkan rakyat Indonesia dari problem bangsa, termasuk huru-hara G30S/PKI pada tahun 1996.

Dalam puisi Taufiq Ismail di atas, mahasiswa diposisikan dalam dua keadaan berbeda. Pertama, mahasiswa ditempatkan sebagai sosok yang dalam ruang akademik berada di bawah pengaruh dosen. Dosen memiliki wewenang penuh dalam menentukan indeks prestasi seorang mahasiswa. Hal inilah yang kadangkala membuat para mahasiswa takut kepada sosok dosen. Kedua, mahasiswa ditempatkan sebagai sosok yang ditakuti oleh para penguasa dalam relasi kritik sosial. Setelah tahun 1996 turut dalam transisi kekuasaan dari Orde Lama ke tangan Orde Baru, pada tahun 1998 mahasiswa dan elemen pemuda lainnya kembali melakukan sebuah terobosan positif. Mahasiswa ikut mengawal rakyat Indonesia dalam meruntuhkan Orde Baru Soeharto. Orde Baru dinilai telah melakukan beberapa kejahatan yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa yang kemudian dinamai dengan reformasi ini menjadi partisipasi ke sekian dari mahasiswa terhadap kelangsungan bangsa ini. Mahasiswa menjelma sebagai sosok yang semakin ditakuti oleh para penguasa.

Dalam puisi Takut ’66 ini terdapat beberapa unsur implisit yang berkaitan dengan klarifikasi fakta sejarah menyangkut peran mahasiswa dalam menghadirkan perubahan dalam jejak-jejak sejarah bangsa ini. Peristiwa sejarah seperti Sumpah Pemuda 1928 merupakan salah satu bukti yang dapat kita sodorkan. Peringatan Sumpah Pemuda disikapi sebagai momen membangkitkan spirit untuk berbakti kepada bangsa (silahkan baca kolom opini dalam rubrik Swarakampus-Harian Kedaulatan Rakyat edisi Selasa, 25 Oktober 2011 ). Mahasiswa yang ditakuti oleh penguasa adalah mahasiswa yang mampu menempatkan diri sebagai seorang impertus atau pengobar semangat dalam mengubah semua bentuk impertinensi dan penyimpangan yang menjurus ke kejahatan sosial, ekonomi, intelektual, dan aspek kehidupan lainnya. Lantas apa wujud kongkrit dari muatan implisit dalam puisi Takut ’66 tersebut?

Dalam puisi tersebut terkandung harapan kepada sosok mahasiswa. Setelah peristiwa-peristiwa sejarah yang melibatkan mahasiswa, rantai relasi antara mahasiswa dan kehidupan berbangsa terus berlanjut. Dalam perjalanannya kemudian, bangsa ini dihiasi oleh absurditas kebijakan penguasa, kejahatan negara, pelanggaran HAM, kriminalitas intelektual, serta beberapa penyimpangan lainnya. Fenomena-fenomena seperti ini menjadi tanggung jawab semua unsur masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa. Kesuksesan mahasiswa pendahulu seperti “mahasiswa sumpah pemuda”, menjadi kisah warisan yang meminta mahasiswa sekarang untuk melanjutkan peran estafet tersebut. F. Magnis Suseno membuat sebuah formulasi tentang tiga persoalan pokok sebagai tantangan bangsa ini. Pertama, tantangan untuk mempertahankan negara kesatuan. Kedua, tantangan untuk mewujudkan solidaritas-keadilan sosial. Ketiga, tantangan untuk mewujudkan demokrasi, di dalam negara hukum yang menghormati HAM. Tidak terlepas dari kandungan implisit puisi Taufiq Ismail tadi, inilah tantangan mahasiswa sekarang. Ada banyak  hal yang mesti dilakukan oleh mahasiswa untuk meneruskan perjuangan mahasiswa sebelumnya. Di antaranya, mahasiswa harus berdiri di garda terdepan dalam corong perubahan. Mahasiswa, dengan segala kapasitas intelektualnya, harus terus berteriak di telinga para penguasa untuk melakukan sesuatu yang membawa kemakmuran seperti amanat Pancasila dan UUD 1945. Mahasiswa merupakan salah satu pihak yang paling bertanggung jawab atas problematika bangsa ini, sehingga tetap menjadi sosok yang ditakuti oleh penguasa yang hendak lalim kepada rakyat bangsa ini.



Oleh    : Archduke Jr.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More